Kemenhut Promosikan Paten Hasil Invensi Litbang Kehutanan

Kementerian Kehutanan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mempromosikan hasil-hasil invensi teknologi yang telah bersertifikat paten kepada calon pengguna, Senin (26/11/12) di Ruang Rimbawan I Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Promosi paten ini diharapkan menjadi sarana yang efektif untuk mempertemukan penghasil iptek dengan calon pengguna. “Dalam jangka panjang semoga menjadi akselerasi bagi lahirnya invensi-invensi lebih hebat lagi,” kata Dr. Putera Parthama, Kepala Pustekolah, Senin (26/11), di Jakarta dalam acara promosi paten tersebut.

Lebih lanjut Putera menyampaikan, selain untuk menginformasikan substansi paten dan menjaring masukan dari calon pengguna, kegiatan ini diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan kerjasama implementasinya.

Sebanyak 4 (empat) paten yang diperkenalkan dan dipromosikan terdaftar atas nama Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan hasil Hutan (Pustekolah), Badan Litbang Kehutanan. Invensi yang dipromosikan meliputi teknologi produksi bahan bakar alternatifterbarukan, teknologi produksi arang dan pemanfaatan limbah asapnya menjadi cuka kayu (produksi arang terpadu), produk perekat kayu organik dari limbah kulit kayu dan perekayasaan alat pendukung pengelolaan hutan.

“Invensi teknologi yang kami sampaikan merupakan terobosan teknologi aplikatif dan ramah lingkungan, serta menunjukkan upaya pemanfaatan secara efisien hasil hutan Indonesia,” kata Dr. R. Iman Santoso, Kepala Badan Litbang Kehutanan diJakarta, Senin (26/11).

Berbicara dalam pembukaan promosi paten tersebut, Iman mengharapkan agar hasil-hasil invensi ini dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh masyarakat dan para pihak terkait. Pengambil kebijakan dan penyedia energi nasional, industri kehutanan dan HTI akasia mangium, industri perekayasaan alat, industri makanan dan desinfektan, serta sektor pertanian dan perkebunan, adalah beberapa diantara para pihak terkait yang diharapkan dapat mengaplikasikan hasil invensi tersebut.

Badan Litbang Kehutanan, lanjut Iman, sangat terbuka untuk bekerja sama dalam pemanfaatan maupun pengembangan lebih lanjut paten-paten yang dihasilkan. “Para peneliti kami akan dengan senang hati membantu dan mentransfer pengetahuan mereka terkait invensi yang dihasilkannya”, katanya.

Keempat paten yang dipromosikan tersebut adalah:
  1. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar dengan Proses Esterifikasi-Transesterifikasi  (Nomor Paten : ID P0027952, Inventor: Prof.Dr. Ir. H. Sudradjat, M.Sc.).
  2. Perekat Tanin untuk Produk Perkayuan (Nomor Paten: ID P0028142, Inventor: Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.).
  3. Alat Ukur Diameter Pohon (Nomor paten: ID S0001084,  Inventor: Wesman Endom, M.Sc dan Yayan Sugilar) atau disebut alat ukur Wesyan.
  4. Alat Pendinginan Asap dan Proses untuk Memproduksi Cuka Kayu dari Pembuatan Arang  (Nomor Paten: ID P0028528, Inventor: Tjutju Nurhayati, Dipl. Chem.).

Kedepan, promosi paten ini akan dijadikan agenda tetap Badan Litbang Kehutanan. Kegiatan ini dipandang penting untuk mengenalkan hasil invensi yang kualitas dan originalitasnya diakui dengan perolehan sertifikat paten.

Acara yang dihadiri oleh sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan BUMN dan swasta,asosiasi-asosiasiusaha, lembaga riset, instansi pemerintah sektor kehutanan dan pertanian, kelompok masyarakat, serta media massa ini mendapat tanggapan positif dari para peserta. Tindak lanjut yang diharapkan peserta diantaranya agar invensi teknologi ini dapat dilengkapi dengan informasi aspek pemasaran serta mekanisme royalti.

Sumber: Dephut.go.id – 4 Desember 2012

 

Proses ESTRANS, Produksi Biodiesel Berkualitas SNI dan Rendemen Tinggi

biodieselPustekolah (Jakarta, 26/11/12)_Proses Esterifikasi-Transesterifikasi (ESTRANS) merupakan proses produksi biodiesel dari Jarak Pagar (Jatropha curcas) yang mampu meningkatkan rendemen produksi biodiesel. Biodiesel dari proses ESTRANS ini seluruh parameternya telah memenuhi persyaratan standar SNI.

Proses ESTRANS ini mampu mengontrol keasaman biodiesel yang diproduksi, dan bahkan dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel berkualitas dari biji jarak pagar yang sudah rusak. Proses Estrans juga mampu menghindari terbentuknya sabun dalam proses dan menghindarkan biodiesel dari sifat asam yang tidak diinginkan.

“Proses ini meningkatkan rendemen pembuatan biodiesel, karena 99,75% asam lemak yang diubah menjadi metil ester atau hanya 0,25% yang tidak terbentuk/hilang,” kata Prof.Dr. Ir. H. Sudradjat, M.Sc, peneliti Pusat Litbang Kehutanan dan Pengolahan Hasil (Pustekolah) sekaligus inventor ESTRANS tersebut di Jakarta, Senin (26/11).

Berbicara mempresentasikan invensinya pada acara Promosi Paten Pustekolah di Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin (26/11), Sudradjat menjelaskan biodiesel murni (100% tanpa campuran solar) dari jarak pagar yang dibuat dengan proses ESTRANS ini dapat digunakan untuk semua mesin motor berbahan bakar solar, termasuk mobil.

Invensi proses ESTRANS lahir dari permasalahan tingginya keasaman biodiesel yang dihasilkan dari proses pembuatan biodiesel konvensional. Minyak jarak pagar sebagaimana minyak nabati lainnya mudah menjadi tengik dan rusak, sehingga menghasilkan minyak yang sangat asam yang sangat membahayakan mesin karena dapat menimbulkan korisif.

Dengan proses ESTRANS keasaman biodiesel dapat diminimalisir dengan cara menetralisasi metil ester hasil dari proses esterifikasi-transesterifikasi, sehingga tingkat keasaman dapat memenuhi standar SNI biodiesel.

Pembuatan biodiesel dari minyak jarak pagar dengan proses ESTRANS  merupakan hasil invensi dari Pustekolah yang sudah mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor sertifikat Paten : ID P0027952 dengan inventor Prof.Dr. Ir. H. Sudradjat, M.Sc. Invensi ini merupakan satu dari empat paten Pustekolah yang dipromosikan dalam acara Promosi Paten Pustekolah.

Gunakan Tannin, Ganti Perekat Sintetik Impor untuk Produk Perkayuan

taninPustekolah (Jakarta, 26/11/12)_Perekat tannin direkomendasikan digunakan untuk mengganti perekat sintetik impor produk perkayuan, karena efisien, berkualitas dan ramah lingkungan. Perekat tannin yang merupakan perekat alami dari limbah kulit mangium akan mampu menggantikan perekat sintesis berbahan dasar minyak bumi yang selama ini diimpor dan digunakan industri kayu nasional.

Kedua hal di atas mengemuka dalam paparan dan diskusi produk perekat tannin yang berlangsung  dalam acara Promosi Paten Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil (Pustekolah) di Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin (26/11). Perekat tannin merupakan satu dari empat paten yang dipromosikan dalam acara tersebut.

“Perekat tannin ini diciptakan untuk menghindari ketergantungan terhadap perekat kayu sintetik impor,” kata Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. peneliti Pustekolah sekaligus inventor Perekat Tanin untuk Produk Perkayuan tersebut di Jakarta, Senin (26/11).

Berbicara menyampaikan hasil invensinya, Adi menjelaskan penggunaan tanin mereduksi pemakaian senyawa phenolik dari minyak bumi sampai 84%  dan formalin 51% serta pemakaiannya juga lebih efisien. Hal ini menunjukkan pemakaian perekat tanin lebih hemat dibandingkan perekat sintetis. Ditinjau dari aspek lingkungan, perekat tannin adalah produk teknologi ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah kulit kayu mangium yang belum dimanfaatkan dan berasal dari sumber daya alam terbarukan.

Tiga jenis produk perekat tannin yang dihasilkan yaitu TA 3002, TP 3041 dan TR 3051. Ketiga perekat tersebut diciptakan untuk mensubstitusi perekat sintetis berbasis phenolik dan resorsinol untuk penggunaan kayu lapis, papan partikel, Glulam, Laminated Veneer Lumber, bambu lamina, balok lamina kelapa, lantai kayu (Parquet flooring) finger joint, dan aplikasi lainnya dalam industri pengolahan kayu. Sifat perekatan dari ketiga perekat yang dihasilkan tersebut sudah memenuhi standar yang dipersyaratkan di berbagai Negara.

Perekat tannin untuk produk perkayuan sudah mendapat sertifikat paten dengan nomor Paten: ID P0028142 atas nama inventor: Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. Seiring pergerakan produk kayu di masa depan ke arah penggunaan kayu komposit, diperkirakan penggunaan perekat akan meningkat. Oleh karenanya penggunaan perekat tannin akan menjadi salah satu pilihan strategis untuk mencukupi kebutuhan perekat yang ramah lingkungan, berkualitas dan murah.

Wesyan, Membuat Pengukuran Diameter Pohon Menjadi Praktis

wesyanPustekolah (Jakarta, 26/11/12)_Alat ukur diameter pohon Wesyan memungkinkan pengukuran diameter pohon menjadi lebih praktis dengan tingkat ketelitian terjaga. Diameter pohon berukuran besar dan berbanir serta berada di medan yang sulit, dapat diukur dengan mudah oleh satu tenaga pengukur dengan menggunakan alat ini.

“Pengukuran dengan Wesyan bisa 4 sampai 5 kali lebih cepat dibandingkan menggunakan alat ukur diameter yang lain,” kata Wesman Endom, M.Sc., peneliti Pusat Litbang Kehutanan dan Pengolahan Hasil (Pustekolah) sekaligus inventor alat ukur diameter tersebut di Jakarta, Senin (26/11).

Berbicara mempromosikan hasil invensinya dalam acara Promosi Paten Pustekolah di Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin (26/11), Wesman menjelaskan kelebihan Wesyan dibanding alat ukur lainnya.

Alat ukur diameter konvensional biasanya efektif untuk pohon dengan diameter kecil (dibawah 30 cm). Pada kondisi pohon besar, berbanir serta kondisi lapangan yang buruk, pengukuran dengan menggunakan alat ukur lain akan menemui kesulitan. Untuk mendapatkan ketelitian, tak jarang pengukuran harus dilakukan dengan memanjat atau dilakukan oleh 2 (dua) orang. Alat ukur Wesyan memungkinkan terselesaikannya kesulitan-kesulitan dalam pengukuran tersebut.

Lebih lanjut Wesman menjelaskan, alat ini diciptakan dari sebuah kegiatan kerjasama penelitian luar negeri yang menuntut adanya alat pengukur diameter yang akurat, mudah, dan praktis. Menghadapi tantangan tersebut, bersama Yayan Sugilar, teknisi di kelompok penelitinya, berhasil merekayasa dan menciptakan alat ukur diameter yang diberi nama “Wesyan” yang berasal dari gabungan nama Wesman dan Yayan.

Alat ukur diameter pohon Wesyan tersebut telah diakui originalitasnya dan telah mendapat sertifikat paten dari Ditjen HKI, Kementerian Hukum dan HAM bernomor paten: ID S0001084 dengan inventor Wesman Endom, M.Sc dan Yayan Sugilar. Ke depan, Wesman dan Yayan akan semakin menyempurnakan Wesyan dengan menambah panjang pegangan dan mempertebal skala baca sehingga alat ini akan lebih tangguh dan jangkauan ukur yang lebih panjang.

Cuka Kayu, Mereduksi Polusi Menjadi Cairan Berjuta Manfaat

Asap-cairPustekolah (Jakarta, 26/11/12)_Cuka kayu (wood vinegar) merupakan destilat cair dari polusi asap yang keluar pada proses pembuatan arang yang memiliki banyak kegunaan. Cuka kayu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam bidang pertanian maupun industri, antara lain sebagai bahan pengawet, penggumpal getah karet, pembasmi hama dan penyubur tanaman, karbol, serta pengusir serangga.

Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan hasil Hutan (Pustekolah) telah memiliki invensi teknologi untuk menghasilkan cuka kayu berkualitas dan rendemen tinggi dari asap pembuatan arang.

“Alat dan proses pembuatan cuka yang kami miliki mampu menghasilkan cuka kayu bermutu dengan rendemen yang dihasilkan  40% jauh lebih tinggi dari pada alat yang menggunakan pipa bambu hanya menghasilkan rendemen 8-9%,” kata Tjutju Nurhayati, Dipl. Chem., peneliti Pustekolah dan inventor alat alat pendinginan asap dan proses pembuatan cuka kayu dari asap pembuatan arang, di Jakarta, Senin (26/11).

Berbicara mempresentasikan invensinya pada acara Promosi Paten Pustekolah di Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin (26/11), Tjutju menjelaskan invensi yang dihasilkannya berhubungan dengan suatu alat pendingan asap dan proses untuk memproduksi cuka kayu dari pembuatan arang. Asap yang dikarbonisasi pada suhu 100oC sampai 350oC dengan  menggunakan proses pendingan asap tersebut dapat cair sebagai hasil pendinginan yang sebut dengan cuka kayu.

Invensi tersebut telah mendapatkan sertifikat paten atas nama bernomor: ID P0028528, dengan inventor: Tjutju Nurhayati, Dipl. Chem. Paten invensi ini terdiri dari dua klaim invensi yaitu 1) alat pendinginan asap, yaitu alat untuk mengoptimalkan pendinginan asap menjadi cairan cuka kayu rendemen tinggi dan 2) proses untuk memproduksi cuka kayu dari pembuatan arang, yaitu teknik produksi terpadu cuka kayu dan arang kualitas baik.

Dengan alat ini, dapat dihasilkan cuka kayu konsentrat dengan kandungan air dan tar yang lebih rendah. Cuka kayu yang dihasilkan dari invensi paten ini diklaim memenuhi stadar kualitas di Jepang dan rendemennya bahkan lebih tinggi dibanding cuka kayu dari tungku teknik yang dikembangkan negara tersebut. Begitupun arang yang dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.

Perihal manfaat cuka kayu sudah cukup banyak dimanfaatkan berbagai pihak, salah satunya, Puslitbang Cepu Perum Perhutani. Puslitbang Cepu telah mengadopsi produk cuka kayu dan saat ini sedang mengaplikasikannya untuk pengendalian penyakit pada tanaman pinus.  “Hasil pengamatan teman-teman di lapangan, cuka kayu mampu menurunkan kematian 30% hingga 45%, “ kata Dr.Corryanti, Wakil Kepala Pusat Bidang Penelitian, Puslitbang Perum Perhutani, saat sesi diskusi promosi paten tersebut, di Jakarta (26/11).

Cuka kayu tersebut juga telah membawa Ibu N. Jaojah, penyuluh kehutanan dari Kabupaten Cianjur meraih penghargaan Wana Lestari tingkat nasional pada Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam (PKA) Wana Lestari 2012. Di bawah bimbingan Pustekolah, Jaojah mampu mengajak masyarakat binaannya untuk mengaplikasikan cuka kayu yang mereka hasilkan sendiri.

Tinggalkan komentar